Novel Would You Marry Me?
Bagian 1
Eliana 3 tahun..............
“El, jangan lari-lari di jalan. Bahaya
sayang...............”, panggil bu Novi dari belakang Eliana.
“Eli cenang bunda................”,
Eli terus berlari-lari di jalan depan rumahnya yang terkadang dilewati
kendaraan. Dia sedang bermain pesawat-pesawatan. Bu novi tampak khawatir
melihat Eliana. Pandanganya tak pernah beralih dari Eliana “Pecawat ciap
mendalat, wuuuuuuuuush............”
Eliana asik berlarian di jalan. Dia
sedang menikmati permainanya. Bunda hanya terus mengawasi Eliana. Eliana memang
keras. Walau dia masih tiga tahun tapi keinginannya harus dipenuhi dan tidak
suka dilarang. Sesuai dengan tahap perkembangan anak 3 tahun ingin menentukan
sendiri inisiatifnya.
“Buk............”, Eliana menabrak
seseorang yang sedang berjalan. Dia kaget dan langsung mendongak ke atas.
Eliana langsung tersenyum dan matanya berbinar-binar. Dia hanya diam dan tetap
mendongak ke atas. Orang yang ditabraknya sangat tinggi untuk tubuh Eliana yang
pendek.
“Mas Cakep..............”, celetuk
Eliana dengan mata berbinar-binar bahagia.
“Dewa, maafin Eli ya...........”
Dewa hanya mengangguk dengan senyum
kecil dan melanjutkan perjalanannya menuju jalan raya untuk naik Bus. Karena
Dewa akan berangkat ke SMP yang ada di kota Jepara. Eliana terus memandangi
Dewa tanpa berkedip. Dia benar-benar terpesona dengan Dewa.
“Bunda, ada Mas cakep..............”, Kata
Eliana lirih dengan terus memandang kepergian Dewa tanpa menghilangkan senyum
lebarnya. Bunda hanya tersenyum melihat kelakuan Eliana. Kecil-kecil ternyata
udah tahu cowok cakep, hehehe.
Dewa memang cakep. Dia baru kelas 2
SMP. Dengan tinggi badan 160 dan dan kulit putihnya menambah daya tariknya. Di
SMP dia menjadi idola. Tapi karena karakternya yang dingin dan pendiam
membuatnya tak memiliki banyak teman. Dewa tinggal bersama nenek dari pihak
ibunya di Jepara. Sedangkan orangtuanya tinggal di Solo. Tepatnya ayahnya
karena sejak kecil ibu Dewa sudah meninggal dan sekarang ayahnya sudah menikah
lagi.
Eliana 5 tahun......................
Sebelum berangkat sekolah TK A, Eliana
selalu duduk di teras rumahnya dari jam 6 pagi sudah lengkap dengan seragam
Tknya dan rambut kuncir 2 nya yang membuat Eliana tambah imut-imut karena
pipinya yang chabi. Saat bunda menyuruhnya untuk sarapan dulu pasti dia akan
menolak. Eliana akan duduk diteras sampai orang yang ditunggunya lewat.
Saat terlihat seorang cowok memakai
seragam putih abu-abu akan melewati rumah Eliana, Eliana langsung bergegas ke
jalan di depan rumahnya dan tiba-tiba berlari.
“Bruk.............”, kali ini Eliana
nggak terjatuh tapi dia menubrukkan dirinya dan memeluk kaki cowok yang memakai
seragam putih abu-abu tersebut. Pengenya Eliana sich memeluk badan cowok
tersebut tapi karena dia pendek sekali dan cowok yang ditabraknya tinggi banget
terpaksa Eliana hanya bisa memeluk kakinya saja, hehe.
“Mas Cakep...............”, kata Eliana.
Cowok itu mengulurkan tangannya ke kepala Eli dan mengusap-usap rambut Eliana.
Eliana melepaskan pelukanya dan tersenyum bahagia dengan mata berbinar-binar. Cowok
itu hanya tersenyum kecil. Dan meninggalkan Eliana yang masih
terbengong-bengong memandang kepergian Mas Cakepnya.
“Eli cayang cama Mas Cakep..........”,
teriak Eliana. Tapi Dewa hanya terus berjalan tanpa menoleh ke arah Eliana dan
hanya tersenyum samar. Dewa bahagia. Dia adalah orang yang sangat sulit
mengungkapakan isi hatinya. Dia marah, sedih, bahagia ekspresi yang akan
ditunjukannya akan tetap sama, datar.
Sejak umur 3 tahun Eliana sudah
menggumi Dewa. Karena itu sudah lebih dari dua tahun Eliana selalu menunggu
Dewa. Dan sekarang Dewa sudah kelas 1 SMA.
“Eli, ayo sarapan
sayang.............”, panggil bu Novi dari depan rumah. Perut Bu novi sekarang
Buncit. Ya karena sebentar lagi Eliana akan memiliki seorang adik.
“Iya Bunda................”, Eliana
berlari ke rumahnya setelah Dewa tak terlihat lagi.
Eliana kelas 2 SD...................
“Eli, ayo sarapan nanti
telat.............”, panggil bunda dari ruang tamu.
“Bentar Bunda, Eli lagi nunggu Mas
Dewa.........”, Kata Eliana yang masih berdiri di depan gerbang rumahnya
yang hanya setinggi dadanya sambil
tersenyum cerah.
Bunda keluar menemui Eliana yang masih
memandangi jalan di depanya. Gadis cantik berkuncir 2 itu selalu berdiri di
depan gerbang rumah saat jam setengah 7. Sudah siap dengan seragam merah
putihnya. Dia baru duduk di kelas 2 sekolah dasar.
“Eli, sini bunda kasih tahu
sayang........”, panggil Bu Novi sambil duduk di kursi teras.
“Nggak mau bunda. Eli mau liat Mas
Dewa dulu.............”, kata Eliana merajuk.
“Mas Dewa udah punya pacar lho
El......”, Ucap Bunda.
“Nggak papa, yang penting Eli yang
bakal jadi pengantinya Mas Cakep Bunda...........”
Bunda hanya bisa geleng-geleng sambil
tersenyum melihat tingkah Eliana yang tak pernah berubah kepada Dewa sejak
umurnya 3 tahun dan masuk ke dalam rumah lagi. Tapi sekarang Eliana agak
pemalu. Dia hanya berani menyapa Dewa dari teras rumahnya. Eliana tak pernah
meluk kaki Dewa lagi seperti saat Eliana masih duduk di sekolah TK. Akhirnya
orang yang sudah di tunggu Eliana sejak pagi tadi lewat di depan rumahnya.
“Mas Cakeeeeeeeep..................”,
Teriak Eliana dari teras, Dewa menoleh ke arah Eliana dengan wajah datar dan
senyum samar. Eliana malu dan langsung lari ke dalam rumahnya. Tanpa diketahui
Eliana, Dewa berjalan ke rumah Eliana dan menaruh tas kecil dari kertas di
gerbang rumah Eliana dan pergi melanjutkan perjalanannya dengan diamnya.
“Dek Via, kakak pergi sekolah dulu
ya.............”
“Iya kaka....................”, jawab
anak 3 tahun satu-satunya adik Eliana.
“Hati-hati ya El..............”, Pesen
Bunda.
“Iya Bunda....”, Ucap Eliana sambil
mencium tangan Bunda. Eliana lalu berjalan ke luar menuju Ayah yang sudah
menunggunya di atas motor.
“Bunda ini apa?”, Tanya Eli saat melihat
Tas kecil yang tergantung di gerbang. Eliana langsung membukanya dan ternyata
isinya adalah gantungan kunci yang terbuat dari fiberglass dengan bentuk
bintang dan tertulis Eliana di dalamya. “Punya siapa ya Bunda?”
“Udah kamu bawa dulu ja, cepetan
berangkat sekolah. Nanti terlambat El................”
“Iya Bunda..............Dada Dek
Via........”
Seminggu Kemudian.................
Selama seminggu ini setiap pagi Eliana
selalu duduk di teras dan menunggu Dewa lewat di depan rumahnya tapi selama
seminggu ini juga Eliana tak pernah melihat Dewa lewat depan rumahnya lagi.
Hari-hari Eliana menjadi murung. Dia tak pernah mau bermain bersama
teman-temanya lagi. Setiap pulang sekolah Eliana akan langsung duduk di teras
rumahnya dan berharap Dewa akan lewat.
“Bunda, Mas Cakep kok nggak pernah
lewat lagi ya............”, Kata Eliana dengan murung.
“Mungkin Mas Dewa lagi liburan
sayang..............”
“Bunda, Eli boleh nggak main ke rumah
Eyang Sugeng buat tanya Mas cakep............”
“Boleh. Tapi jangan lama-ama ya El.
Kasian Eyang kalo kamu ganggu.........”
“Iya Bundaaaa...........”, Kata Eliana
sambil lari menuju rumah Eyang Sugeng. Eyang Sugeng adalah adik dari Eyangnya
Dewa. Sudah setahun ini Dewa tinggal bersama Eyang Sugeng karena Eyangnya
sendiri sudah meninggal setahun yang lalu. Dewa masih tetap sama bahkan Eliana
yang ceria pun tak dapat meruntuhkan kedinginan hati Dewa. Dia tetap menjadi
remaja yang pendiam dan tertutup.
“Eyaaaaaaaaaaaaang................”,
Teriak Eliana di depan rumah Joglo yang masih terlihat kokoh dan indah dengan
tambahan ornamen ukiranya.
“Eh Eli.......Sini masuk Nduk”, Pinta
Eyang Sugeng yang sedang duduk di ruang tamu.
“Eyang Mas Cakep wonten mboten?”
“Mas Cakep?!”
“Ups.....”Kata Eli salah tingkah “Mas
Dewa Eyang?”, ralat Eliana.
“Dewa wes balik neng solo El.....”
“Kapan balik lagi Ke Jepara Eyang?”
“Eyang nggak tahu, Nduk. Tapi Dewa
bakalan kuliah di Solo............Mungkin nggak balik lagi ke sini”
Degh. Hati Eliana langsung sakit
mendengarnya. Air matnya langsung turun. Tanpa pamit Eliana langsung berlari
pulang ke rumahnya sambil menangis. Dia sedih banget. Kenapa Mas Cakepnya tidak
pamit dulu padanya. Eliana terus menangis sepanjang perjalanan ke rumahnya.
Orang-orang yang bertanya kenapa Eli nangis tak ada yang dijawab Eli satupun.
“Lho El kok nangis........?!”, Tanya
Bunda kaget.
“Mas Cakep udah ninggalin Eli Bunda,
hiks hiks hiks........”
Bu Novi langsung memeluk Eliana agar
Eliana tenang. Eliana sangat kecewa.
Malamnya Eliana langsung demam. Dan selama seminggu Eliana tak bisa berangkat
sekolah. Ternyata pengaruh Dewa sudah sangat besar dalam hidup Eliana. Dan
sejak saat itu Eliana tak pernah melupakan Dewa. Bahkan dalam mimpinya
sekalipun. Eliana akan terus mengenangnya sebagai Mas Cakep. Dan Eliana
menganggap gantungan kunci yang diterimanya beberpa hari yang lalu adalah dari Dewa.
Kemanapun Eliana pergi, gantungan itu akan selalu menyertainya.
Eli Kelas 1 SMA............
Eliana tumbuh menjadi gadis yang
manis. Dia memiliki pesona tersendiri untuk menarik lawan jenisnya. Dengan
kecerewetanya dia mampu memiliki banyak teman. Mimpi Eliana adalah dia ingin
menjadi cepet dewasa dan bertemu dengan Mas Cakep lagi.
“Adik-adik pengurus OSIS yang baru ini
adalah ruang OSIS di SMA kita. Di ruangan ini kita akan sering berkumpul untuk
menyatukan misi dan visi kita dalam kemjuan SMA ini. Di depan kalian adalah
foto-foto ketua OSIS dari jaman ke jaman.......”, Kata Revan ketua OSIS yang
baru.
Hari ini Eliana bergabung dipengurusan
OSIS. Dia lalu mendongak ke foto-foto yang baru saja ditunjukan Revan. Eliana
baru tersadar bahwa ada foto-foto di belakangnya. Dia melihatnya satu persatu
dan wajahnya langsung cerah saat menemukan sebuah foto. Ya foto siapa lagi yang
bisa membuat Eliana sumringah. Foto Dewa. Dia adalah salah satu ketua OSIS pada
masanya dulu.
“Ada mas cakep disana....”, celetuk Eliana.
“Ada siapa El?”, tanya Sandra temen
deket Eliana.
“Bukan siapa-siapa ko San.......”
“Hari ini kita akan langsung
menetapkan susunan pengurus dan menetapkan program kerja kita selama setahun
kedepan. Sekretaris mohon dicatat..........”
“Baik Kak............”, Jawab Eliana
yang ternyata adalah sekretaris OSIS untuk periode sekarang.
Sudah satu semester Eli berada di
bangku SMA. Dia pun tak pernah menutup hatinya untuk orang lain. Walaupun
posisi Dewa tak pernah tergantikan sampai sekarang. Dan sekarang Eliana sedang
dekat dengan Revan. Sudah menjadi rahasia umum hubungan kedekatan Revan dan Eliana.
Mereka sering berangkat dan pulang sekolah bersama.
“El, siang ini aku nggak bisa nganter
kamu. Aku ada latihan basket......”, Ucap Revan saat Eliana akan kembali ke
kelasnya.
“Nggak papa Kak. Kakak latihan saja.
Semoga pertandingan minggu depan sekolah kita menang Kak.....”
“Iya. Kapan-kapan mau nggak kamu
nemenin aku latihan?”
“Kalo Eli nggak ada kegiatan Eli akan
nemenin Kakak latihan.....”
“Eli ayo, Pak Adi udah jalan ke
kelas.....”, Panggil Sandra.
“Udah sana balik ke kelas.....”
“Eli ke kelas dulu ya
Kak..........Maaf ya San, hehe.”
“Iya ya yang lagi kasmaran..........”,
kata Sandra sedikit sewot.
“Senyum dong San, jelek tau....”, Goda
Eli. Mau nggak mau akhirnya Sandra tersenyum. Karena berada di dekat Eliana
akan selalu membuat orang nyaman dan bahagia.
Semua orang menyukai hubungan Revan
dan Eliana. Mereka berdua sama-sama orang yang ramah. Eliana menjadi dekat
dengan Revan sejak selesai MOS. Mereka memang sudah pacaran hampir satu
semester. Tapi Eliana tetap menyimpan kekagumannya kepada Dewa. Pacaran mereka adalah pacaran yang sehat.
Revan dan Eliana tahu memposisikan keadaan. Saat organisasi maka Revan dan Eliana
akan menjadi rekan kerja yang baik dan tak menunjukan kedekatan secara
emosional. Jadi tak pernah ada yang terganggu dengan hubungan mereka.
************* Eliana & Dewa*************
“Kak, Eli pulang dulu
ya..................,” Pamit Eliana di lapangan basket SMA.
“Sama siapa El, kamu kan nggak bawa
motor?” Tanya Revan yang sedang istirahat sehabis latihan basket.
“Aku naik Bus ja Kak. Persiapanya udah
selesai buat acara perpisahan besok. Nanti sebelum Kak Revan pulang di cek dulu
ya.”
“Tak anterin ke halte ya El?”
“Nggak usah Kak. Kakak kan lagi
latihan. Tar Kak Leo marah lagi lo, kemarin kakak kan udah bolos gara-gara
nganterin aku,” tolak eliana dengan senyum.
“Nggak papa. Tunggu bentar ya, aku
pinjem motornya Leo ja biar cepat. Mobilku kan ada di parkiran belakang.”
“Eli tunggu disini ya Kak.” Eli duduk
di bangku di samping lapangan basket. Revan meninggalkan Eliana sendirian dan
menghampiri teman-temannya yang akan bersiap untuk latihan lagi. Tak lama Revan
sudah berjalan ke parkiran untuk mengambil motor Leo. Eliana yang melihat Revan
langsung berlari-lari kecil sambil tersenyum lebar.
“Kakak cocok banget lo pake motornya
Kak Leo.” Ujar Eliana saat melihat Revan naik motor.
“Kapan-kapan tak jemput pake motor,
ayo naik. Maaf ya nggak bisa nganter kamu sampai rumah,”Revan merasa sedikit
menyesal. Eliana langsung duduk dibelakang Revan, dan motor meninggalkan
sekolah. Revan masih memakai seragam basketnya saat mengantarkan Eliana ke
halte Bus dekat sekolah. Eliana dan Revan tampak serasi sekali saat
berboncengan motor berdua. Banyak teman-temanya yang iri melihatnya.
“Nggak papa Kak. Aku udah seneng kok
Kakak udah mau nganter aku............”
“Besok tak jemput jam berapa?”
“Besok aku berangkat sendiri aja Kak,
besok Kakak kan ada latihan basket, aku nggak mau ganggu Kakak terus.”
“Maaf ya sayang seminggu ini nggak
bisa nganter kamu pulang..........,” Wajah Eliana langsung memerah karena malu
saat mendengar panggilan yang diucapkan Revan padanya sayangnya Revan tak
melihat itu.
“Semoga Tim Basket kita bisa menang ya
Kak..........”
“Iya. Doain ya sayang. Besok minggu
kita ke pantai...........”
“Aku tunggu Kak..............”
Sepanjang perjalanan wajah mereka
berdua selalu berseri-seri sudah lebih dari setahun mereka berpacaran. Sekarang
Revan sudah kelas 3 dan Eliana sudah kelas 2. Hubungan mereka selalu harmonis,
walaupun kadang disertai pertengkaran kecil. Revan benar-benar menyayangi
Eliana. Dia selalu memberikan perhatianya untuk Eliana. Revan adalah salah satu
idola di sekolah. Tapi sejak kelas dua SMA para cewek-cewek yang mengidolakan
Revan harus berbesar hati karena hati Revan sudah tertambat pada Eliana.
Walaupun begitu tetap ada yang mendekati Revan padahal seluruh sekolah sudah
tahu tentang hubungan Revan dan Eliana termasuk staf guru dan karyawan. Revan
memang sosok yang pantas diidolakan. Selain cakep dan anak orang kaya, Revan juga
ketua osis dan memiliki otak yang lumayan encer. Dan hanya Eliana lah yang
selama ini bisa mendapatkan Revan.
************* Eliana & Dewa*************
bersambung bagian 2.....................