Minggu, 31 Agustus 2014

Novel Would You Marry Me?
Bagian 1

Eliana 3 tahun..............
“El, jangan lari-lari di jalan. Bahaya sayang...............”, panggil bu Novi dari belakang Eliana.
“Eli cenang bunda................”, Eli terus berlari-lari di jalan depan rumahnya yang terkadang dilewati kendaraan. Dia sedang bermain pesawat-pesawatan. Bu novi tampak khawatir melihat Eliana. Pandanganya tak pernah beralih dari Eliana “Pecawat ciap mendalat, wuuuuuuuuush............”
Eliana asik berlarian di jalan. Dia sedang menikmati permainanya. Bunda hanya terus mengawasi Eliana. Eliana memang keras. Walau dia masih tiga tahun tapi keinginannya harus dipenuhi dan tidak suka dilarang. Sesuai dengan tahap perkembangan anak 3 tahun ingin menentukan sendiri inisiatifnya.
“Buk............”, Eliana menabrak seseorang yang sedang berjalan. Dia kaget dan langsung mendongak ke atas. Eliana langsung tersenyum dan matanya berbinar-binar. Dia hanya diam dan tetap mendongak ke atas. Orang yang ditabraknya sangat tinggi untuk tubuh Eliana yang pendek.
“Mas Cakep..............”, celetuk Eliana dengan mata berbinar-binar bahagia.
“Dewa, maafin Eli ya...........”
Dewa hanya mengangguk dengan senyum kecil dan melanjutkan perjalanannya menuju jalan raya untuk naik Bus. Karena Dewa akan berangkat ke SMP yang ada di kota Jepara. Eliana terus memandangi Dewa tanpa berkedip. Dia benar-benar terpesona dengan Dewa.
“Bunda, ada Mas cakep..............”, Kata Eliana lirih dengan terus memandang kepergian Dewa tanpa menghilangkan senyum lebarnya. Bunda hanya tersenyum melihat kelakuan Eliana. Kecil-kecil ternyata udah tahu cowok cakep, hehehe.
Dewa memang cakep. Dia baru kelas 2 SMP. Dengan tinggi badan 160 dan dan kulit putihnya menambah daya tariknya. Di SMP dia menjadi idola. Tapi karena karakternya yang dingin dan pendiam membuatnya tak memiliki banyak teman. Dewa tinggal bersama nenek dari pihak ibunya di Jepara. Sedangkan orangtuanya tinggal di Solo. Tepatnya ayahnya karena sejak kecil ibu Dewa sudah meninggal dan sekarang ayahnya sudah menikah lagi.

Eliana 5 tahun......................
Sebelum berangkat sekolah TK A, Eliana selalu duduk di teras rumahnya dari jam 6 pagi sudah lengkap dengan seragam Tknya dan rambut kuncir 2 nya yang membuat Eliana tambah imut-imut karena pipinya yang chabi. Saat bunda menyuruhnya untuk sarapan dulu pasti dia akan menolak. Eliana akan duduk diteras sampai orang yang ditunggunya lewat.
Saat terlihat seorang cowok memakai seragam putih abu-abu akan melewati rumah Eliana, Eliana langsung bergegas ke jalan di depan rumahnya dan tiba-tiba berlari.
“Bruk.............”, kali ini Eliana nggak terjatuh tapi dia menubrukkan dirinya dan memeluk kaki cowok yang memakai seragam putih abu-abu tersebut. Pengenya Eliana sich memeluk badan cowok tersebut tapi karena dia pendek sekali dan cowok yang ditabraknya tinggi banget terpaksa Eliana hanya bisa memeluk kakinya saja, hehe.
“Mas Cakep...............”, kata Eliana. Cowok itu mengulurkan tangannya ke kepala Eli dan mengusap-usap rambut Eliana. Eliana melepaskan pelukanya dan tersenyum bahagia dengan mata berbinar-binar. Cowok itu hanya tersenyum kecil. Dan meninggalkan Eliana yang masih terbengong-bengong memandang kepergian Mas Cakepnya.
“Eli cayang cama Mas Cakep..........”, teriak Eliana. Tapi Dewa hanya terus berjalan tanpa menoleh ke arah Eliana dan hanya tersenyum samar. Dewa bahagia. Dia adalah orang yang sangat sulit mengungkapakan isi hatinya. Dia marah, sedih, bahagia ekspresi yang akan ditunjukannya akan tetap sama, datar.
Sejak umur 3 tahun Eliana sudah menggumi Dewa. Karena itu sudah lebih dari dua tahun Eliana selalu menunggu Dewa. Dan sekarang Dewa sudah kelas 1 SMA.
“Eli, ayo sarapan sayang.............”, panggil bu Novi dari depan rumah. Perut Bu novi sekarang Buncit. Ya karena sebentar lagi Eliana akan memiliki seorang adik.
“Iya Bunda................”, Eliana berlari ke rumahnya setelah Dewa tak terlihat lagi.

Eliana kelas 2 SD...................
“Eli, ayo sarapan nanti telat.............”, panggil bunda dari ruang tamu.
“Bentar Bunda, Eli lagi nunggu Mas Dewa.........”, Kata Eliana yang masih berdiri di depan gerbang rumahnya yang  hanya setinggi dadanya sambil tersenyum cerah.
Bunda keluar menemui Eliana yang masih memandangi jalan di depanya. Gadis cantik berkuncir 2 itu selalu berdiri di depan gerbang rumah saat jam setengah 7. Sudah siap dengan seragam merah putihnya. Dia baru duduk di kelas 2 sekolah dasar.
“Eli, sini bunda kasih tahu sayang........”, panggil Bu Novi sambil duduk di kursi teras.
“Nggak mau bunda. Eli mau liat Mas Dewa dulu.............”, kata Eliana merajuk.
“Mas Dewa udah punya pacar lho El......”, Ucap Bunda.
“Nggak papa, yang penting Eli yang bakal jadi pengantinya Mas Cakep Bunda...........”
Bunda hanya bisa geleng-geleng sambil tersenyum melihat tingkah Eliana yang tak pernah berubah kepada Dewa sejak umurnya 3 tahun dan masuk ke dalam rumah lagi. Tapi sekarang Eliana agak pemalu. Dia hanya berani menyapa Dewa dari teras rumahnya. Eliana tak pernah meluk kaki Dewa lagi seperti saat Eliana masih duduk di sekolah TK. Akhirnya orang yang sudah di tunggu Eliana sejak pagi tadi lewat di depan rumahnya.
“Mas Cakeeeeeeeep..................”, Teriak Eliana dari teras, Dewa menoleh ke arah Eliana dengan wajah datar dan senyum samar. Eliana malu dan langsung lari ke dalam rumahnya. Tanpa diketahui Eliana, Dewa berjalan ke rumah Eliana dan menaruh tas kecil dari kertas di gerbang rumah Eliana dan pergi melanjutkan perjalanannya dengan diamnya.   
“Dek Via, kakak pergi sekolah dulu ya.............”
“Iya kaka....................”, jawab anak 3 tahun satu-satunya adik Eliana.
“Hati-hati ya El..............”, Pesen Bunda.
“Iya Bunda....”, Ucap Eliana sambil mencium tangan Bunda. Eliana lalu berjalan ke luar menuju Ayah yang sudah menunggunya di atas motor.
“Bunda ini apa?”, Tanya Eli saat melihat Tas kecil yang tergantung di gerbang. Eliana langsung membukanya dan ternyata isinya adalah gantungan kunci yang terbuat dari fiberglass dengan bentuk bintang dan tertulis Eliana di dalamya. “Punya siapa ya Bunda?”
“Udah kamu bawa dulu ja, cepetan berangkat sekolah. Nanti terlambat El................”
“Iya Bunda..............Dada Dek Via........”

Seminggu Kemudian.................
Selama seminggu ini setiap pagi Eliana selalu duduk di teras dan menunggu Dewa lewat di depan rumahnya tapi selama seminggu ini juga Eliana tak pernah melihat Dewa lewat depan rumahnya lagi. Hari-hari Eliana menjadi murung. Dia tak pernah mau bermain bersama teman-temanya lagi. Setiap pulang sekolah Eliana akan langsung duduk di teras rumahnya dan berharap Dewa akan lewat.
“Bunda, Mas Cakep kok nggak pernah lewat lagi ya............”, Kata Eliana dengan murung.
“Mungkin Mas Dewa lagi liburan sayang..............”
“Bunda, Eli boleh nggak main ke rumah Eyang Sugeng buat tanya Mas cakep............”
“Boleh. Tapi jangan lama-ama ya El. Kasian Eyang kalo kamu ganggu.........”
“Iya Bundaaaa...........”, Kata Eliana sambil lari menuju rumah Eyang Sugeng. Eyang Sugeng adalah adik dari Eyangnya Dewa. Sudah setahun ini Dewa tinggal bersama Eyang Sugeng karena Eyangnya sendiri sudah meninggal setahun yang lalu. Dewa masih tetap sama bahkan Eliana yang ceria pun tak dapat meruntuhkan kedinginan hati Dewa. Dia tetap menjadi remaja yang pendiam dan tertutup.
“Eyaaaaaaaaaaaaang................”, Teriak Eliana di depan rumah Joglo yang masih terlihat kokoh dan indah dengan tambahan ornamen ukiranya.
“Eh Eli.......Sini masuk Nduk”, Pinta Eyang Sugeng yang sedang duduk di ruang tamu.
“Eyang Mas Cakep wonten mboten?”
“Mas Cakep?!”
“Ups.....”Kata Eli salah tingkah “Mas Dewa  Eyang?”, ralat Eliana.
“Dewa wes balik neng solo El.....”
“Kapan balik lagi Ke Jepara Eyang?”
“Eyang nggak tahu, Nduk. Tapi Dewa bakalan kuliah di Solo............Mungkin nggak balik lagi ke sini”
Degh. Hati Eliana langsung sakit mendengarnya. Air matnya langsung turun. Tanpa pamit Eliana langsung berlari pulang ke rumahnya sambil menangis. Dia sedih banget. Kenapa Mas Cakepnya tidak pamit dulu padanya. Eliana terus menangis sepanjang perjalanan ke rumahnya. Orang-orang yang bertanya kenapa Eli nangis tak ada yang dijawab Eli satupun.
“Lho El kok nangis........?!”, Tanya Bunda kaget.
“Mas Cakep udah ninggalin Eli Bunda, hiks hiks hiks........”
Bu Novi langsung memeluk Eliana agar Eliana tenang. Eliana sangat  kecewa. Malamnya Eliana langsung demam. Dan selama seminggu Eliana tak bisa berangkat sekolah. Ternyata pengaruh Dewa sudah sangat besar dalam hidup Eliana. Dan sejak saat itu Eliana tak pernah melupakan Dewa. Bahkan dalam mimpinya sekalipun. Eliana akan terus mengenangnya sebagai Mas Cakep. Dan Eliana menganggap gantungan kunci yang diterimanya beberpa hari yang lalu adalah dari Dewa. Kemanapun Eliana pergi, gantungan itu akan selalu menyertainya.

Eli Kelas 1 SMA............
Eliana tumbuh menjadi gadis yang manis. Dia memiliki pesona tersendiri untuk menarik lawan jenisnya. Dengan kecerewetanya dia mampu memiliki banyak teman. Mimpi Eliana adalah dia ingin menjadi cepet dewasa dan bertemu dengan Mas Cakep lagi.
“Adik-adik pengurus OSIS yang baru ini adalah ruang OSIS di SMA kita. Di ruangan ini kita akan sering berkumpul untuk menyatukan misi dan visi kita dalam kemjuan SMA ini. Di depan kalian adalah foto-foto ketua OSIS dari jaman ke jaman.......”, Kata Revan ketua OSIS yang baru.
Hari ini Eliana bergabung dipengurusan OSIS. Dia lalu mendongak ke foto-foto yang baru saja ditunjukan Revan. Eliana baru tersadar bahwa ada foto-foto di belakangnya. Dia melihatnya satu persatu dan wajahnya langsung cerah saat menemukan sebuah foto. Ya foto siapa lagi yang bisa membuat Eliana sumringah. Foto Dewa. Dia adalah salah satu ketua OSIS pada masanya dulu.
“Ada mas cakep disana....”, celetuk Eliana.
“Ada siapa El?”, tanya Sandra temen deket Eliana.
“Bukan siapa-siapa ko San.......”
“Hari ini kita akan langsung menetapkan susunan pengurus dan menetapkan program kerja kita selama setahun kedepan. Sekretaris mohon dicatat..........”
“Baik Kak............”, Jawab Eliana yang ternyata adalah sekretaris OSIS untuk periode sekarang.
Sudah satu semester Eli berada di bangku SMA. Dia pun tak pernah menutup hatinya untuk orang lain. Walaupun posisi Dewa tak pernah tergantikan sampai sekarang. Dan sekarang Eliana sedang dekat dengan Revan. Sudah menjadi rahasia umum hubungan kedekatan Revan dan Eliana. Mereka sering berangkat dan pulang sekolah bersama.
“El, siang ini aku nggak bisa nganter kamu. Aku ada latihan basket......”, Ucap Revan saat Eliana akan kembali ke kelasnya.
“Nggak papa Kak. Kakak latihan saja. Semoga pertandingan minggu depan sekolah kita menang Kak.....”
“Iya. Kapan-kapan mau nggak kamu nemenin aku latihan?”
“Kalo Eli nggak ada kegiatan Eli akan nemenin Kakak latihan.....”
“Eli ayo, Pak Adi udah jalan ke kelas.....”, Panggil Sandra.
“Udah sana balik ke kelas.....”
“Eli ke kelas dulu ya Kak..........Maaf ya San, hehe.”
“Iya ya yang lagi kasmaran..........”, kata Sandra sedikit sewot.
“Senyum dong San, jelek tau....”, Goda Eli. Mau nggak mau akhirnya Sandra tersenyum. Karena berada di dekat Eliana akan selalu membuat orang nyaman dan bahagia.
Semua orang menyukai hubungan Revan dan Eliana. Mereka berdua sama-sama orang yang ramah. Eliana menjadi dekat dengan Revan sejak selesai MOS. Mereka memang sudah pacaran hampir satu semester. Tapi Eliana tetap menyimpan kekagumannya kepada Dewa.  Pacaran mereka adalah pacaran yang sehat. Revan dan Eliana tahu memposisikan keadaan. Saat organisasi maka Revan dan Eliana akan menjadi rekan kerja yang baik dan tak menunjukan kedekatan secara emosional. Jadi tak pernah ada yang terganggu dengan hubungan mereka.
************* Eliana & Dewa*************

“Kak, Eli pulang dulu ya..................,” Pamit Eliana di lapangan basket SMA.
“Sama siapa El, kamu kan nggak bawa motor?” Tanya Revan yang sedang istirahat sehabis latihan basket.
“Aku naik Bus ja Kak. Persiapanya udah selesai buat acara perpisahan besok. Nanti sebelum Kak Revan pulang di cek dulu ya.”
“Tak anterin ke halte ya El?”
“Nggak usah Kak. Kakak kan lagi latihan. Tar Kak Leo marah lagi lo, kemarin kakak kan udah bolos gara-gara nganterin aku,” tolak eliana dengan senyum.
“Nggak papa. Tunggu bentar ya, aku pinjem motornya Leo ja biar cepat. Mobilku kan ada di parkiran belakang.”
“Eli tunggu disini ya Kak.” Eli duduk di bangku di samping lapangan basket. Revan meninggalkan Eliana sendirian dan menghampiri teman-temannya yang akan bersiap untuk latihan lagi. Tak lama Revan sudah berjalan ke parkiran untuk mengambil motor Leo. Eliana yang melihat Revan langsung berlari-lari kecil sambil tersenyum lebar.
“Kakak cocok banget lo pake motornya Kak Leo.” Ujar Eliana saat melihat Revan naik motor.
“Kapan-kapan tak jemput pake motor, ayo naik. Maaf ya nggak bisa nganter kamu sampai rumah,”Revan merasa sedikit menyesal. Eliana langsung duduk dibelakang Revan, dan motor meninggalkan sekolah. Revan masih memakai seragam basketnya saat mengantarkan Eliana ke halte Bus dekat sekolah. Eliana dan Revan tampak serasi sekali saat berboncengan motor berdua. Banyak teman-temanya yang iri melihatnya.
“Nggak papa Kak. Aku udah seneng kok Kakak udah mau nganter aku............”
“Besok tak jemput jam berapa?”
“Besok aku berangkat sendiri aja Kak, besok Kakak kan ada latihan basket, aku nggak mau ganggu Kakak terus.”
“Maaf ya sayang seminggu ini nggak bisa nganter kamu pulang..........,” Wajah Eliana langsung memerah karena malu saat mendengar panggilan yang diucapkan Revan padanya sayangnya Revan tak melihat itu.
“Semoga Tim Basket kita bisa menang ya Kak..........”
“Iya. Doain ya sayang. Besok minggu kita ke pantai...........”
“Aku tunggu Kak..............”
Sepanjang perjalanan wajah mereka berdua selalu berseri-seri sudah lebih dari setahun mereka berpacaran. Sekarang Revan sudah kelas 3 dan Eliana sudah kelas 2. Hubungan mereka selalu harmonis, walaupun kadang disertai pertengkaran kecil. Revan benar-benar menyayangi Eliana. Dia selalu memberikan perhatianya untuk Eliana. Revan adalah salah satu idola di sekolah. Tapi sejak kelas dua SMA para cewek-cewek yang mengidolakan Revan harus berbesar hati karena hati Revan sudah tertambat pada Eliana. Walaupun begitu tetap ada yang mendekati Revan padahal seluruh sekolah sudah tahu tentang hubungan Revan dan Eliana termasuk staf guru dan karyawan. Revan memang sosok yang pantas diidolakan. Selain cakep dan anak orang kaya, Revan juga ketua osis dan memiliki otak yang lumayan encer. Dan hanya Eliana lah yang selama ini bisa mendapatkan Revan.

************* Eliana & Dewa*************
bersambung bagian 2.....................
Novel 
Bagian 1

Eliana 3 tahun..............
“El, jangan lari-lari di jalan. Bahaya sayang...............”, panggil bu Novi dari belakang Eliana.
“Eli cenang bunda................”, Eli terus berlari-lari di jalan depan rumahnya yang terkadang dilewati kendaraan. Dia sedang bermain pesawat-pesawatan. Bu novi tampak khawatir melihat Eliana. Pandanganya tak pernah beralih dari Eliana “Pecawat ciap mendalat, wuuuuuuuuush............”
Eliana asik berlarian di jalan. Dia sedang menikmati permainanya. Bunda hanya terus mengawasi Eliana. Eliana memang keras. Walau dia masih tiga tahun tapi keinginannya harus dipenuhi dan tidak suka dilarang. Sesuai dengan tahap perkembangan anak 3 tahun ingin menentukan sendiri inisiatifnya.
“Buk............”, Eliana menabrak seseorang yang sedang berjalan. Dia kaget dan langsung mendongak ke atas. Eliana langsung tersenyum dan matanya berbinar-binar. Dia hanya diam dan tetap mendongak ke atas. Orang yang ditabraknya sangat tinggi untuk tubuh Eliana yang pendek.
“Mas Cakep..............”, celetuk Eliana dengan mata berbinar-binar bahagia.
“Dewa, maafin Eli ya...........”
Dewa hanya mengangguk dengan senyum kecil dan melanjutkan perjalanannya menuju jalan raya untuk naik Bus. Karena Dewa akan berangkat ke SMP yang ada di kota Jepara. Eliana terus memandangi Dewa tanpa berkedip. Dia benar-benar terpesona dengan Dewa.
“Bunda, ada Mas cakep..............”, Kata Eliana lirih dengan terus memandang kepergian Dewa tanpa menghilangkan senyum lebarnya. Bunda hanya tersenyum melihat kelakuan Eliana. Kecil-kecil ternyata udah tahu cowok cakep, hehehe.
Dewa memang cakep. Dia baru kelas 2 SMP. Dengan tinggi badan 160 dan dan kulit putihnya menambah daya tariknya. Di SMP dia menjadi idola. Tapi karena karakternya yang dingin dan pendiam membuatnya tak memiliki banyak teman. Dewa tinggal bersama nenek dari pihak ibunya di Jepara. Sedangkan orangtuanya tinggal di Solo. Tepatnya ayahnya karena sejak kecil ibu Dewa sudah meninggal dan sekarang ayahnya sudah menikah lagi.

Eliana 5 tahun......................
Sebelum berangkat sekolah TK A, Eliana selalu duduk di teras rumahnya dari jam 6 pagi sudah lengkap dengan seragam Tknya dan rambut kuncir 2 nya yang membuat Eliana tambah imut-imut karena pipinya yang chabi. Saat bunda menyuruhnya untuk sarapan dulu pasti dia akan menolak. Eliana akan duduk diteras sampai orang yang ditunggunya lewat.
Saat terlihat seorang cowok memakai seragam putih abu-abu akan melewati rumah Eliana, Eliana langsung bergegas ke jalan di depan rumahnya dan tiba-tiba berlari.
“Bruk.............”, kali ini Eliana nggak terjatuh tapi dia menubrukkan dirinya dan memeluk kaki cowok yang memakai seragam putih abu-abu tersebut. Pengenya Eliana sich memeluk badan cowok tersebut tapi karena dia pendek sekali dan cowok yang ditabraknya tinggi banget terpaksa Eliana hanya bisa memeluk kakinya saja, hehe.
“Mas Cakep...............”, kata Eliana. Cowok itu mengulurkan tangannya ke kepala Eli dan mengusap-usap rambut Eliana. Eliana melepaskan pelukanya dan tersenyum bahagia dengan mata berbinar-binar. Cowok itu hanya tersenyum kecil. Dan meninggalkan Eliana yang masih terbengong-bengong memandang kepergian Mas Cakepnya.
“Eli cayang cama Mas Cakep..........”, teriak Eliana. Tapi Dewa hanya terus berjalan tanpa menoleh ke arah Eliana dan hanya tersenyum samar. Dewa bahagia. Dia adalah orang yang sangat sulit mengungkapakan isi hatinya. Dia marah, sedih, bahagia ekspresi yang akan ditunjukannya akan tetap sama, datar.
Sejak umur 3 tahun Eliana sudah menggumi Dewa. Karena itu sudah lebih dari dua tahun Eliana selalu menunggu Dewa. Dan sekarang Dewa sudah kelas 1 SMA.
“Eli, ayo sarapan sayang.............”, panggil bu Novi dari depan rumah. Perut Bu novi sekarang Buncit. Ya karena sebentar lagi Eliana akan memiliki seorang adik.
“Iya Bunda................”, Eliana berlari ke rumahnya setelah Dewa tak terlihat lagi.

Eliana kelas 2 SD...................
“Eli, ayo sarapan nanti telat.............”, panggil bunda dari ruang tamu.
“Bentar Bunda, Eli lagi nunggu Mas Dewa.........”, Kata Eliana yang masih berdiri di depan gerbang rumahnya yang  hanya setinggi dadanya sambil tersenyum cerah.
Bunda keluar menemui Eliana yang masih memandangi jalan di depanya. Gadis cantik berkuncir 2 itu selalu berdiri di depan gerbang rumah saat jam setengah 7. Sudah siap dengan seragam merah putihnya. Dia baru duduk di kelas 2 sekolah dasar.
“Eli, sini bunda kasih tahu sayang........”, panggil Bu Novi sambil duduk di kursi teras.
“Nggak mau bunda. Eli mau liat Mas Dewa dulu.............”, kata Eliana merajuk.
“Mas Dewa udah punya pacar lho El......”, Ucap Bunda.
“Nggak papa, yang penting Eli yang bakal jadi pengantinya Mas Cakep Bunda...........”
Bunda hanya bisa geleng-geleng sambil tersenyum melihat tingkah Eliana yang tak pernah berubah kepada Dewa sejak umurnya 3 tahun dan masuk ke dalam rumah lagi. Tapi sekarang Eliana agak pemalu. Dia hanya berani menyapa Dewa dari teras rumahnya. Eliana tak pernah meluk kaki Dewa lagi seperti saat Eliana masih duduk di sekolah TK. Akhirnya orang yang sudah di tunggu Eliana sejak pagi tadi lewat di depan rumahnya.
“Mas Cakeeeeeeeep..................”, Teriak Eliana dari teras, Dewa menoleh ke arah Eliana dengan wajah datar dan senyum samar. Eliana malu dan langsung lari ke dalam rumahnya. Tanpa diketahui Eliana, Dewa berjalan ke rumah Eliana dan menaruh tas kecil dari kertas di gerbang rumah Eliana dan pergi melanjutkan perjalanannya dengan diamnya.   
“Dek Via, kakak pergi sekolah dulu ya.............”
“Iya kaka....................”, jawab anak 3 tahun satu-satunya adik Eliana.
“Hati-hati ya El..............”, Pesen Bunda.
“Iya Bunda....”, Ucap Eliana sambil mencium tangan Bunda. Eliana lalu berjalan ke luar menuju Ayah yang sudah menunggunya di atas motor.
“Bunda ini apa?”, Tanya Eli saat melihat Tas kecil yang tergantung di gerbang. Eliana langsung membukanya dan ternyata isinya adalah gantungan kunci yang terbuat dari fiberglass dengan bentuk bintang dan tertulis Eliana di dalamya. “Punya siapa ya Bunda?”
“Udah kamu bawa dulu ja, cepetan berangkat sekolah. Nanti terlambat El................”
“Iya Bunda..............Dada Dek Via........”

Seminggu Kemudian.................
Selama seminggu ini setiap pagi Eliana selalu duduk di teras dan menunggu Dewa lewat di depan rumahnya tapi selama seminggu ini juga Eliana tak pernah melihat Dewa lewat depan rumahnya lagi. Hari-hari Eliana menjadi murung. Dia tak pernah mau bermain bersama teman-temanya lagi. Setiap pulang sekolah Eliana akan langsung duduk di teras rumahnya dan berharap Dewa akan lewat.
“Bunda, Mas Cakep kok nggak pernah lewat lagi ya............”, Kata Eliana dengan murung.
“Mungkin Mas Dewa lagi liburan sayang..............”
“Bunda, Eli boleh nggak main ke rumah Eyang Sugeng buat tanya Mas cakep............”
“Boleh. Tapi jangan lama-ama ya El. Kasian Eyang kalo kamu ganggu.........”
“Iya Bundaaaa...........”, Kata Eliana sambil lari menuju rumah Eyang Sugeng. Eyang Sugeng adalah adik dari Eyangnya Dewa. Sudah setahun ini Dewa tinggal bersama Eyang Sugeng karena Eyangnya sendiri sudah meninggal setahun yang lalu. Dewa masih tetap sama bahkan Eliana yang ceria pun tak dapat meruntuhkan kedinginan hati Dewa. Dia tetap menjadi remaja yang pendiam dan tertutup.
“Eyaaaaaaaaaaaaang................”, Teriak Eliana di depan rumah Joglo yang masih terlihat kokoh dan indah dengan tambahan ornamen ukiranya.
“Eh Eli.......Sini masuk Nduk”, Pinta Eyang Sugeng yang sedang duduk di ruang tamu.
“Eyang Mas Cakep wonten mboten?”
“Mas Cakep?!”
“Ups.....”Kata Eli salah tingkah “Mas Dewa  Eyang?”, ralat Eliana.
“Dewa wes balik neng solo El.....”
“Kapan balik lagi Ke Jepara Eyang?”
“Eyang nggak tahu, Nduk. Tapi Dewa bakalan kuliah di Solo............Mungkin nggak balik lagi ke sini”
Degh. Hati Eliana langsung sakit mendengarnya. Air matnya langsung turun. Tanpa pamit Eliana langsung berlari pulang ke rumahnya sambil menangis. Dia sedih banget. Kenapa Mas Cakepnya tidak pamit dulu padanya. Eliana terus menangis sepanjang perjalanan ke rumahnya. Orang-orang yang bertanya kenapa Eli nangis tak ada yang dijawab Eli satupun.
“Lho El kok nangis........?!”, Tanya Bunda kaget.
“Mas Cakep udah ninggalin Eli Bunda, hiks hiks hiks........”
Bu Novi langsung memeluk Eliana agar Eliana tenang. Eliana sangat  kecewa. Malamnya Eliana langsung demam. Dan selama seminggu Eliana tak bisa berangkat sekolah. Ternyata pengaruh Dewa sudah sangat besar dalam hidup Eliana. Dan sejak saat itu Eliana tak pernah melupakan Dewa. Bahkan dalam mimpinya sekalipun. Eliana akan terus mengenangnya sebagai Mas Cakep. Dan Eliana menganggap gantungan kunci yang diterimanya beberpa hari yang lalu adalah dari Dewa. Kemanapun Eliana pergi, gantungan itu akan selalu menyertainya.

Eli Kelas 1 SMA............
Eliana tumbuh menjadi gadis yang manis. Dia memiliki pesona tersendiri untuk menarik lawan jenisnya. Dengan kecerewetanya dia mampu memiliki banyak teman. Mimpi Eliana adalah dia ingin menjadi cepet dewasa dan bertemu dengan Mas Cakep lagi.
“Adik-adik pengurus OSIS yang baru ini adalah ruang OSIS di SMA kita. Di ruangan ini kita akan sering berkumpul untuk menyatukan misi dan visi kita dalam kemjuan SMA ini. Di depan kalian adalah foto-foto ketua OSIS dari jaman ke jaman.......”, Kata Revan ketua OSIS yang baru.
Hari ini Eliana bergabung dipengurusan OSIS. Dia lalu mendongak ke foto-foto yang baru saja ditunjukan Revan. Eliana baru tersadar bahwa ada foto-foto di belakangnya. Dia melihatnya satu persatu dan wajahnya langsung cerah saat menemukan sebuah foto. Ya foto siapa lagi yang bisa membuat Eliana sumringah. Foto Dewa. Dia adalah salah satu ketua OSIS pada masanya dulu.
“Ada mas cakep disana....”, celetuk Eliana.
“Ada siapa El?”, tanya Sandra temen deket Eliana.
“Bukan siapa-siapa ko San.......”
“Hari ini kita akan langsung menetapkan susunan pengurus dan menetapkan program kerja kita selama setahun kedepan. Sekretaris mohon dicatat..........”
“Baik Kak............”, Jawab Eliana yang ternyata adalah sekretaris OSIS untuk periode sekarang.
Sudah satu semester Eli berada di bangku SMA. Dia pun tak pernah menutup hatinya untuk orang lain. Walaupun posisi Dewa tak pernah tergantikan sampai sekarang. Dan sekarang Eliana sedang dekat dengan Revan. Sudah menjadi rahasia umum hubungan kedekatan Revan dan Eliana. Mereka sering berangkat dan pulang sekolah bersama.
“El, siang ini aku nggak bisa nganter kamu. Aku ada latihan basket......”, Ucap Revan saat Eliana akan kembali ke kelasnya.
“Nggak papa Kak. Kakak latihan saja. Semoga pertandingan minggu depan sekolah kita menang Kak.....”
“Iya. Kapan-kapan mau nggak kamu nemenin aku latihan?”
“Kalo Eli nggak ada kegiatan Eli akan nemenin Kakak latihan.....”
“Eli ayo, Pak Adi udah jalan ke kelas.....”, Panggil Sandra.
“Udah sana balik ke kelas.....”
“Eli ke kelas dulu ya Kak..........Maaf ya San, hehe.”
“Iya ya yang lagi kasmaran..........”, kata Sandra sedikit sewot.
“Senyum dong San, jelek tau....”, Goda Eli. Mau nggak mau akhirnya Sandra tersenyum. Karena berada di dekat Eliana akan selalu membuat orang nyaman dan bahagia.
Semua orang menyukai hubungan Revan dan Eliana. Mereka berdua sama-sama orang yang ramah. Eliana menjadi dekat dengan Revan sejak selesai MOS. Mereka memang sudah pacaran hampir satu semester. Tapi Eliana tetap menyimpan kekagumannya kepada Dewa.  Pacaran mereka adalah pacaran yang sehat. Revan dan Eliana tahu memposisikan keadaan. Saat organisasi maka Revan dan Eliana akan menjadi rekan kerja yang baik dan tak menunjukan kedekatan secara emosional. Jadi tak pernah ada yang terganggu dengan hubungan mereka.
************* Eliana & Dewa*************

“Kak, Eli pulang dulu ya..................,” Pamit Eliana di lapangan basket SMA.
“Sama siapa El, kamu kan nggak bawa motor?” Tanya Revan yang sedang istirahat sehabis latihan basket.
“Aku naik Bus ja Kak. Persiapanya udah selesai buat acara perpisahan besok. Nanti sebelum Kak Revan pulang di cek dulu ya.”
“Tak anterin ke halte ya El?”
“Nggak usah Kak. Kakak kan lagi latihan. Tar Kak Leo marah lagi lo, kemarin kakak kan udah bolos gara-gara nganterin aku,” tolak eliana dengan senyum.
“Nggak papa. Tunggu bentar ya, aku pinjem motornya Leo ja biar cepat. Mobilku kan ada di parkiran belakang.”
“Eli tunggu disini ya Kak.” Eli duduk di bangku di samping lapangan basket. Revan meninggalkan Eliana sendirian dan menghampiri teman-temannya yang akan bersiap untuk latihan lagi. Tak lama Revan sudah berjalan ke parkiran untuk mengambil motor Leo. Eliana yang melihat Revan langsung berlari-lari kecil sambil tersenyum lebar.
“Kakak cocok banget lo pake motornya Kak Leo.” Ujar Eliana saat melihat Revan naik motor.
“Kapan-kapan tak jemput pake motor, ayo naik. Maaf ya nggak bisa nganter kamu sampai rumah,”Revan merasa sedikit menyesal. Eliana langsung duduk dibelakang Revan, dan motor meninggalkan sekolah. Revan masih memakai seragam basketnya saat mengantarkan Eliana ke halte Bus dekat sekolah. Eliana dan Revan tampak serasi sekali saat berboncengan motor berdua. Banyak teman-temanya yang iri melihatnya.
“Nggak papa Kak. Aku udah seneng kok Kakak udah mau nganter aku............”
“Besok tak jemput jam berapa?”
“Besok aku berangkat sendiri aja Kak, besok Kakak kan ada latihan basket, aku nggak mau ganggu Kakak terus.”
“Maaf ya sayang seminggu ini nggak bisa nganter kamu pulang..........,” Wajah Eliana langsung memerah karena malu saat mendengar panggilan yang diucapkan Revan padanya sayangnya Revan tak melihat itu.
“Semoga Tim Basket kita bisa menang ya Kak..........”
“Iya. Doain ya sayang. Besok minggu kita ke pantai...........”
“Aku tunggu Kak..............”
Sepanjang perjalanan wajah mereka berdua selalu berseri-seri sudah lebih dari setahun mereka berpacaran. Sekarang Revan sudah kelas 3 dan Eliana sudah kelas 2. Hubungan mereka selalu harmonis, walaupun kadang disertai pertengkaran kecil. Revan benar-benar menyayangi Eliana. Dia selalu memberikan perhatianya untuk Eliana. Revan adalah salah satu idola di sekolah. Tapi sejak kelas dua SMA para cewek-cewek yang mengidolakan Revan harus berbesar hati karena hati Revan sudah tertambat pada Eliana. Walaupun begitu tetap ada yang mendekati Revan padahal seluruh sekolah sudah tahu tentang hubungan Revan dan Eliana termasuk staf guru dan karyawan. Revan memang sosok yang pantas diidolakan. Selain cakep dan anak orang kaya, Revan juga ketua osis dan memiliki otak yang lumayan encer. Dan hanya Eliana lah yang selama ini bisa mendapatkan Revan.

************* Eliana & Dewa*************
Novel Would You Marry Me?
Bagian 1

Eliana 3 tahun..............
“El, jangan lari-lari di jalan. Bahaya sayang...............”, panggil bu Novi dari belakang Eliana.
“Eli cenang bunda................”, Eli terus berlari-lari di jalan depan rumahnya yang terkadang dilewati kendaraan. Dia sedang bermain pesawat-pesawatan. Bu novi tampak khawatir melihat Eliana. Pandanganya tak pernah beralih dari Eliana “Pecawat ciap mendalat, wuuuuuuuuush............”
Eliana asik berlarian di jalan. Dia sedang menikmati permainanya. Bunda hanya terus mengawasi Eliana. Eliana memang keras. Walau dia masih tiga tahun tapi keinginannya harus dipenuhi dan tidak suka dilarang. Sesuai dengan tahap perkembangan anak 3 tahun ingin menentukan sendiri inisiatifnya.
“Buk............”, Eliana menabrak seseorang yang sedang berjalan. Dia kaget dan langsung mendongak ke atas. Eliana langsung tersenyum dan matanya berbinar-binar. Dia hanya diam dan tetap mendongak ke atas. Orang yang ditabraknya sangat tinggi untuk tubuh Eliana yang pendek.
“Mas Cakep..............”, celetuk Eliana dengan mata berbinar-binar bahagia.
“Dewa, maafin Eli ya...........”
Dewa hanya mengangguk dengan senyum kecil dan melanjutkan perjalanannya menuju jalan raya untuk naik Bus. Karena Dewa akan berangkat ke SMP yang ada di kota Jepara. Eliana terus memandangi Dewa tanpa berkedip. Dia benar-benar terpesona dengan Dewa.
“Bunda, ada Mas cakep..............”, Kata Eliana lirih dengan terus memandang kepergian Dewa tanpa menghilangkan senyum lebarnya. Bunda hanya tersenyum melihat kelakuan Eliana. Kecil-kecil ternyata udah tahu cowok cakep, hehehe.
Dewa memang cakep. Dia baru kelas 2 SMP. Dengan tinggi badan 160 dan dan kulit putihnya menambah daya tariknya. Di SMP dia menjadi idola. Tapi karena karakternya yang dingin dan pendiam membuatnya tak memiliki banyak teman. Dewa tinggal bersama nenek dari pihak ibunya di Jepara. Sedangkan orangtuanya tinggal di Solo. Tepatnya ayahnya karena sejak kecil ibu Dewa sudah meninggal dan sekarang ayahnya sudah menikah lagi.

Eliana 5 tahun......................
Sebelum berangkat sekolah TK A, Eliana selalu duduk di teras rumahnya dari jam 6 pagi sudah lengkap dengan seragam Tknya dan rambut kuncir 2 nya yang membuat Eliana tambah imut-imut karena pipinya yang chabi. Saat bunda menyuruhnya untuk sarapan dulu pasti dia akan menolak. Eliana akan duduk diteras sampai orang yang ditunggunya lewat.
Saat terlihat seorang cowok memakai seragam putih abu-abu akan melewati rumah Eliana, Eliana langsung bergegas ke jalan di depan rumahnya dan tiba-tiba berlari.
“Bruk.............”, kali ini Eliana nggak terjatuh tapi dia menubrukkan dirinya dan memeluk kaki cowok yang memakai seragam putih abu-abu tersebut. Pengenya Eliana sich memeluk badan cowok tersebut tapi karena dia pendek sekali dan cowok yang ditabraknya tinggi banget terpaksa Eliana hanya bisa memeluk kakinya saja, hehe.
“Mas Cakep...............”, kata Eliana. Cowok itu mengulurkan tangannya ke kepala Eli dan mengusap-usap rambut Eliana. Eliana melepaskan pelukanya dan tersenyum bahagia dengan mata berbinar-binar. Cowok itu hanya tersenyum kecil. Dan meninggalkan Eliana yang masih terbengong-bengong memandang kepergian Mas Cakepnya.
“Eli cayang cama Mas Cakep..........”, teriak Eliana. Tapi Dewa hanya terus berjalan tanpa menoleh ke arah Eliana dan hanya tersenyum samar. Dewa bahagia. Dia adalah orang yang sangat sulit mengungkapakan isi hatinya. Dia marah, sedih, bahagia ekspresi yang akan ditunjukannya akan tetap sama, datar.
Sejak umur 3 tahun Eliana sudah menggumi Dewa. Karena itu sudah lebih dari dua tahun Eliana selalu menunggu Dewa. Dan sekarang Dewa sudah kelas 1 SMA.
“Eli, ayo sarapan sayang.............”, panggil bu Novi dari depan rumah. Perut Bu novi sekarang Buncit. Ya karena sebentar lagi Eliana akan memiliki seorang adik.
“Iya Bunda................”, Eliana berlari ke rumahnya setelah Dewa tak terlihat lagi.

Eliana kelas 2 SD...................
“Eli, ayo sarapan nanti telat.............”, panggil bunda dari ruang tamu.
“Bentar Bunda, Eli lagi nunggu Mas Dewa.........”, Kata Eliana yang masih berdiri di depan gerbang rumahnya yang  hanya setinggi dadanya sambil tersenyum cerah.
Bunda keluar menemui Eliana yang masih memandangi jalan di depanya. Gadis cantik berkuncir 2 itu selalu berdiri di depan gerbang rumah saat jam setengah 7. Sudah siap dengan seragam merah putihnya. Dia baru duduk di kelas 2 sekolah dasar.
“Eli, sini bunda kasih tahu sayang........”, panggil Bu Novi sambil duduk di kursi teras.
“Nggak mau bunda. Eli mau liat Mas Dewa dulu.............”, kata Eliana merajuk.
“Mas Dewa udah punya pacar lho El......”, Ucap Bunda.
“Nggak papa, yang penting Eli yang bakal jadi pengantinya Mas Cakep Bunda...........”
Bunda hanya bisa geleng-geleng sambil tersenyum melihat tingkah Eliana yang tak pernah berubah kepada Dewa sejak umurnya 3 tahun dan masuk ke dalam rumah lagi. Tapi sekarang Eliana agak pemalu. Dia hanya berani menyapa Dewa dari teras rumahnya. Eliana tak pernah meluk kaki Dewa lagi seperti saat Eliana masih duduk di sekolah TK. Akhirnya orang yang sudah di tunggu Eliana sejak pagi tadi lewat di depan rumahnya.
“Mas Cakeeeeeeeep..................”, Teriak Eliana dari teras, Dewa menoleh ke arah Eliana dengan wajah datar dan senyum samar. Eliana malu dan langsung lari ke dalam rumahnya. Tanpa diketahui Eliana, Dewa berjalan ke rumah Eliana dan menaruh tas kecil dari kertas di gerbang rumah Eliana dan pergi melanjutkan perjalanannya dengan diamnya.   
“Dek Via, kakak pergi sekolah dulu ya.............”
“Iya kaka....................”, jawab anak 3 tahun satu-satunya adik Eliana.
“Hati-hati ya El..............”, Pesen Bunda.
“Iya Bunda....”, Ucap Eliana sambil mencium tangan Bunda. Eliana lalu berjalan ke luar menuju Ayah yang sudah menunggunya di atas motor.
“Bunda ini apa?”, Tanya Eli saat melihat Tas kecil yang tergantung di gerbang. Eliana langsung membukanya dan ternyata isinya adalah gantungan kunci yang terbuat dari fiberglass dengan bentuk bintang dan tertulis Eliana di dalamya. “Punya siapa ya Bunda?”
“Udah kamu bawa dulu ja, cepetan berangkat sekolah. Nanti terlambat El................”
“Iya Bunda..............Dada Dek Via........”

Seminggu Kemudian.................
Selama seminggu ini setiap pagi Eliana selalu duduk di teras dan menunggu Dewa lewat di depan rumahnya tapi selama seminggu ini juga Eliana tak pernah melihat Dewa lewat depan rumahnya lagi. Hari-hari Eliana menjadi murung. Dia tak pernah mau bermain bersama teman-temanya lagi. Setiap pulang sekolah Eliana akan langsung duduk di teras rumahnya dan berharap Dewa akan lewat.
“Bunda, Mas Cakep kok nggak pernah lewat lagi ya............”, Kata Eliana dengan murung.
“Mungkin Mas Dewa lagi liburan sayang..............”
“Bunda, Eli boleh nggak main ke rumah Eyang Sugeng buat tanya Mas cakep............”
“Boleh. Tapi jangan lama-ama ya El. Kasian Eyang kalo kamu ganggu.........”
“Iya Bundaaaa...........”, Kata Eliana sambil lari menuju rumah Eyang Sugeng. Eyang Sugeng adalah adik dari Eyangnya Dewa. Sudah setahun ini Dewa tinggal bersama Eyang Sugeng karena Eyangnya sendiri sudah meninggal setahun yang lalu. Dewa masih tetap sama bahkan Eliana yang ceria pun tak dapat meruntuhkan kedinginan hati Dewa. Dia tetap menjadi remaja yang pendiam dan tertutup.
“Eyaaaaaaaaaaaaang................”, Teriak Eliana di depan rumah Joglo yang masih terlihat kokoh dan indah dengan tambahan ornamen ukiranya.
“Eh Eli.......Sini masuk Nduk”, Pinta Eyang Sugeng yang sedang duduk di ruang tamu.
“Eyang Mas Cakep wonten mboten?”
“Mas Cakep?!”
“Ups.....”Kata Eli salah tingkah “Mas Dewa  Eyang?”, ralat Eliana.
“Dewa wes balik neng solo El.....”
“Kapan balik lagi Ke Jepara Eyang?”
“Eyang nggak tahu, Nduk. Tapi Dewa bakalan kuliah di Solo............Mungkin nggak balik lagi ke sini”
Degh. Hati Eliana langsung sakit mendengarnya. Air matnya langsung turun. Tanpa pamit Eliana langsung berlari pulang ke rumahnya sambil menangis. Dia sedih banget. Kenapa Mas Cakepnya tidak pamit dulu padanya. Eliana terus menangis sepanjang perjalanan ke rumahnya. Orang-orang yang bertanya kenapa Eli nangis tak ada yang dijawab Eli satupun.
“Lho El kok nangis........?!”, Tanya Bunda kaget.
“Mas Cakep udah ninggalin Eli Bunda, hiks hiks hiks........”
Bu Novi langsung memeluk Eliana agar Eliana tenang. Eliana sangat  kecewa. Malamnya Eliana langsung demam. Dan selama seminggu Eliana tak bisa berangkat sekolah. Ternyata pengaruh Dewa sudah sangat besar dalam hidup Eliana. Dan sejak saat itu Eliana tak pernah melupakan Dewa. Bahkan dalam mimpinya sekalipun. Eliana akan terus mengenangnya sebagai Mas Cakep. Dan Eliana menganggap gantungan kunci yang diterimanya beberpa hari yang lalu adalah dari Dewa. Kemanapun Eliana pergi, gantungan itu akan selalu menyertainya.

Eli Kelas 1 SMA............
Eliana tumbuh menjadi gadis yang manis. Dia memiliki pesona tersendiri untuk menarik lawan jenisnya. Dengan kecerewetanya dia mampu memiliki banyak teman. Mimpi Eliana adalah dia ingin menjadi cepet dewasa dan bertemu dengan Mas Cakep lagi.
“Adik-adik pengurus OSIS yang baru ini adalah ruang OSIS di SMA kita. Di ruangan ini kita akan sering berkumpul untuk menyatukan misi dan visi kita dalam kemjuan SMA ini. Di depan kalian adalah foto-foto ketua OSIS dari jaman ke jaman.......”, Kata Revan ketua OSIS yang baru.
Hari ini Eliana bergabung dipengurusan OSIS. Dia lalu mendongak ke foto-foto yang baru saja ditunjukan Revan. Eliana baru tersadar bahwa ada foto-foto di belakangnya. Dia melihatnya satu persatu dan wajahnya langsung cerah saat menemukan sebuah foto. Ya foto siapa lagi yang bisa membuat Eliana sumringah. Foto Dewa. Dia adalah salah satu ketua OSIS pada masanya dulu.
“Ada mas cakep disana....”, celetuk Eliana.
“Ada siapa El?”, tanya Sandra temen deket Eliana.
“Bukan siapa-siapa ko San.......”
“Hari ini kita akan langsung menetapkan susunan pengurus dan menetapkan program kerja kita selama setahun kedepan. Sekretaris mohon dicatat..........”
“Baik Kak............”, Jawab Eliana yang ternyata adalah sekretaris OSIS untuk periode sekarang.
Sudah satu semester Eli berada di bangku SMA. Dia pun tak pernah menutup hatinya untuk orang lain. Walaupun posisi Dewa tak pernah tergantikan sampai sekarang. Dan sekarang Eliana sedang dekat dengan Revan. Sudah menjadi rahasia umum hubungan kedekatan Revan dan Eliana. Mereka sering berangkat dan pulang sekolah bersama.
“El, siang ini aku nggak bisa nganter kamu. Aku ada latihan basket......”, Ucap Revan saat Eliana akan kembali ke kelasnya.
“Nggak papa Kak. Kakak latihan saja. Semoga pertandingan minggu depan sekolah kita menang Kak.....”
“Iya. Kapan-kapan mau nggak kamu nemenin aku latihan?”
“Kalo Eli nggak ada kegiatan Eli akan nemenin Kakak latihan.....”
“Eli ayo, Pak Adi udah jalan ke kelas.....”, Panggil Sandra.
“Udah sana balik ke kelas.....”
“Eli ke kelas dulu ya Kak..........Maaf ya San, hehe.”
“Iya ya yang lagi kasmaran..........”, kata Sandra sedikit sewot.
“Senyum dong San, jelek tau....”, Goda Eli. Mau nggak mau akhirnya Sandra tersenyum. Karena berada di dekat Eliana akan selalu membuat orang nyaman dan bahagia.
Semua orang menyukai hubungan Revan dan Eliana. Mereka berdua sama-sama orang yang ramah. Eliana menjadi dekat dengan Revan sejak selesai MOS. Mereka memang sudah pacaran hampir satu semester. Tapi Eliana tetap menyimpan kekagumannya kepada Dewa.  Pacaran mereka adalah pacaran yang sehat. Revan dan Eliana tahu memposisikan keadaan. Saat organisasi maka Revan dan Eliana akan menjadi rekan kerja yang baik dan tak menunjukan kedekatan secara emosional. Jadi tak pernah ada yang terganggu dengan hubungan mereka.
************* Eliana & Dewa*************

“Kak, Eli pulang dulu ya..................,” Pamit Eliana di lapangan basket SMA.
“Sama siapa El, kamu kan nggak bawa motor?” Tanya Revan yang sedang istirahat sehabis latihan basket.
“Aku naik Bus ja Kak. Persiapanya udah selesai buat acara perpisahan besok. Nanti sebelum Kak Revan pulang di cek dulu ya.”
“Tak anterin ke halte ya El?”
“Nggak usah Kak. Kakak kan lagi latihan. Tar Kak Leo marah lagi lo, kemarin kakak kan udah bolos gara-gara nganterin aku,” tolak eliana dengan senyum.
“Nggak papa. Tunggu bentar ya, aku pinjem motornya Leo ja biar cepat. Mobilku kan ada di parkiran belakang.”
“Eli tunggu disini ya Kak.” Eli duduk di bangku di samping lapangan basket. Revan meninggalkan Eliana sendirian dan menghampiri teman-temannya yang akan bersiap untuk latihan lagi. Tak lama Revan sudah berjalan ke parkiran untuk mengambil motor Leo. Eliana yang melihat Revan langsung berlari-lari kecil sambil tersenyum lebar.
“Kakak cocok banget lo pake motornya Kak Leo.” Ujar Eliana saat melihat Revan naik motor.
“Kapan-kapan tak jemput pake motor, ayo naik. Maaf ya nggak bisa nganter kamu sampai rumah,”Revan merasa sedikit menyesal. Eliana langsung duduk dibelakang Revan, dan motor meninggalkan sekolah. Revan masih memakai seragam basketnya saat mengantarkan Eliana ke halte Bus dekat sekolah. Eliana dan Revan tampak serasi sekali saat berboncengan motor berdua. Banyak teman-temanya yang iri melihatnya.
“Nggak papa Kak. Aku udah seneng kok Kakak udah mau nganter aku............”
“Besok tak jemput jam berapa?”
“Besok aku berangkat sendiri aja Kak, besok Kakak kan ada latihan basket, aku nggak mau ganggu Kakak terus.”
“Maaf ya sayang seminggu ini nggak bisa nganter kamu pulang..........,” Wajah Eliana langsung memerah karena malu saat mendengar panggilan yang diucapkan Revan padanya sayangnya Revan tak melihat itu.
“Semoga Tim Basket kita bisa menang ya Kak..........”
“Iya. Doain ya sayang. Besok minggu kita ke pantai...........”
“Aku tunggu Kak..............”
Sepanjang perjalanan wajah mereka berdua selalu berseri-seri sudah lebih dari setahun mereka berpacaran. Sekarang Revan sudah kelas 3 dan Eliana sudah kelas 2. Hubungan mereka selalu harmonis, walaupun kadang disertai pertengkaran kecil. Revan benar-benar menyayangi Eliana. Dia selalu memberikan perhatianya untuk Eliana. Revan adalah salah satu idola di sekolah. Tapi sejak kelas dua SMA para cewek-cewek yang mengidolakan Revan harus berbesar hati karena hati Revan sudah tertambat pada Eliana. Walaupun begitu tetap ada yang mendekati Revan padahal seluruh sekolah sudah tahu tentang hubungan Revan dan Eliana termasuk staf guru dan karyawan. Revan memang sosok yang pantas diidolakan. Selain cakep dan anak orang kaya, Revan juga ketua osis dan memiliki otak yang lumayan encer. Dan hanya Eliana lah yang selama ini bisa mendapatkan Revan.

************* Eliana & Dewa*************